Prolog:
Kisah mengharukan 3 remaja
Seperti Page Turner yang membalikkan lembaran notasi balok, mereka membantu penampilan dari jarak dekat. Melakukan yang terbaik supaya sipemain memukau
Yoo Seoul: Aku bukannya jenius. Cuman kamu saja yang tidak ada apa-apanya
Mereka menjadi rekan terbaik
Jin Mo: Wanita itu selalu menyerangku dengan kata-kata kasarnya. Bapa, mohon bantu dia menyadari kesombongannya, hukumlah dia dengan api neraka
Yoon Seoul: Tahu apa sudah kau lakukan?
Cha Sik: Kenapa kau mengambilnya? Tega sekali!
Kisah mengharukan 3 remaja
Page Turner Episode 1
-Yang Dianugrahi Talenta dari Tuhan-
Sambil menunggu, Yoo Seoul berhias diri. Didekatnya ada sekelompok siswa bersepeda menuju sekolahnya. Ibu keluar dari rumah menuju mobil, Yoo Seoul segera mengganti musik yang tadinya bergenre pop menjadi musik klasik.
Ibu bertanya kenapa Yoo Seoul tidak melihat buku musiknya saja, Yoo Seoul beralasan tak mau mabuk saat ibunya menyetir. Ibu menjawab mabuk cuman sebentar, ibu kembali menyuruhnya membaca notasi baloknya sekali lagi karena Yoo Seoul tak tahu lagu mana yang dimainkan sewaktu tes nanti.
Sekelompok siswa bersepeda tadi berhenti saat melihat ada piano dipinggiran jalan, Cha Sik penasaran siapa yang menaruk keyboard disana. Temannya bertanya keyboard, bukannya piano?
Cha Sik menjelaskan itu bukan piano melainkan keyboard, piano itu tuh yang besar, lebar dan punya tutup, temannya melanjutkan yang berkaki tiga? Cha Shik membenarkan, temannya memujinya pintar sekali, mereka pun melanjutkan bersepeda. Tak jauh darisana, seorang gelandangan hanya menggeleng-geleng kepalanya melihat anak-anak itu.
Mobil merah yang dikendarai Yoo Seoul rupanya belakangnya ditempeli “Seorang pianis hebat berada di mobil ini”, ibu mengatakan bahwa prof.Moon akan datang diujian ini dan menyuruh Yoon Seoul menarik perhatiannya.
Melihat jari Yoo Seoul yang sedang tidak latihan, ibu menegurnya. Yoo Seoul pun mau tak mau mengeluarkan alat latihan untuk melatih jarinya.
“Karena ujian ini penyisihan, kamu membutuhkan page turner. Minta saja Jina atau Jeong Sik karena mereka saingan yang paling mudah” ucap ibu
Ibu kemudian menyinggung soal Jin Mok
Di aula ujian, Jin Mok sedang bersiap akan ujian. Juri bertanya siapa yang akan menjadi page turner-nya Jin Mok, Yoo Seoul menatap ibu dan ibu mengangguk.
Rupanya tadi (sewaktu di mobil) ibu meminta Yoo Seoul untuk menjadi page turnernya Jin Mok, karena Jin Mok berusaha mengalahkan Yoo Seoul, ia berlatih sampai ketiduran di ruang latihan.
Jadilah Yoo Seoul mengangkat tangannya, bersedia menjadi page turnernya Jin Mok.
Temannya bergosip, bukannya mereka musuh bebuyutan?
Juri menyuruh Jin Mok memilih judul dan mengatakannya
Teman siswi kembali bergosip, Jin Mok orangnya psikopat, kalaulah dapat notasi romantis, mampuslah dia
Judul lagu
yang akan dimainkan Jin Mok Chopin Valse
in E Minor Op.Post
Yoo Seoul tersenyum, begitu juga ibu, lagu yang didapat
rupanya termasuk jenis lagu romantis.
Jin Mok menuju piano, sebelum memainkannya ia menghembuskan
napas panjang dan melirik ke belakang sebentar, lalu memulai permainannya.
Kembali ke sewaktu perjalanan, ibu berkata page turner itu
bisa menyelamatkan maupun menghancurkan penampilan. Karena ini pendahuluan, jka
kamu membukanya perlahan akan sedikit menyulitkannya.
Yoon Soul bertanya kenapa ia harus curang begini, ibu malah
bertanya tahukah mengapa cacing menggeliat sewaktu diinjak, itu karena kita
menginjaknya terlalu lembut, lalu ibu mengatakan ia terganggu dengan
geliatannya Jin Mok dan menyuruh Yoo Seoul menginjaknya dengan benar. Yoo Seoul
hanya mengiyakannya saja.
(ih, mama curang deh. Yoo Seoul kenapa diajarin curang kaya
gitu ya??? -_- )
Kembali lagi ke ujian, siswa cowok berbisik jika dia yang
menjadi Yoo Seul, dia takkan membalik halamannya dengan baik (sama nih kaya
mama -_-) namun siswi disampingnya membela Yoo Seul takkan licik seperti itu.
Ibu merekam dengan videonya permainan Jin Mok.
Sekarang waktunya membalik halaman, tebak apakah Yoo Seul
melakukan sesuai keinginan ibunya?
Ternyata Yoo Seul membalik halamannya dengan baik, ibu
kesal.
Flashback:
Ibu Yoo Seul mengajari Jin Mok kecil bermain piano (dulunya
ibu adalah guru les pianonya Jin Mok) dan Yoo Seul kecil selalu ikut dengan
ibunya. Karena Jin Mok kecil bermain pianonya tanpa feel, jadi ibu menunjukkan
permainan sebenarnya dengan feel
Selesai ibu bermain ibu bertanya pendapatnya Jin Mo,
“Bagaimana? Bukankah terdengar seperti tarian sepasang kekasih sebelum
berpisah? Menyayat hati sekaligus indah, iya kan?”
Ayah Jin Mok datang, Jin Mok menjawab tidak. Ibu mengerti,
mungkin Jin Mok masih terlalu kecil untuk mengerti perasaan itu. Ibu
mencontohkan permaian Jin Mok yang tanpa feel tadi dan bertanya apakah
permainannya tadi seperti marching band kan.
Jin Mok malah melirik ayahnya dan mengatakan ia akan mengganti
guru saja, ibu dan Yoo Seul kecil terkejut, dengan tenang ayah bertanya kenapa,
Jin Mok beralasan ia tak bisa les dengan seseorang yang tidak sekolah di luar
negri juga Yoo Seul yang selalu menganggunya.
Flashback end.
Jin Mok selesai memainkan lagunya, siswa tadi berkomentar
pas sekali seperti komputer yang memainkannya namun siswi berkomentar ada yang
kurang. Jin Mok memberi hormat pada juri, ia melirik ke arah Yoo Seul dan
berbisik ia pikir Yoo Seul takkan membalik halamannya dengan baik, Yoo Seul membalas tadinya sih maunya gitu, tapi ngapain juga toh kamu memang kurang. Jin Mok menoleh kesal tapi Yoo Seul hanya menanggapinya dengan senyuman lebar (cantikk lohh)
Itulah Yoon Yoo Seul – Rangking 1 dijurusan Piano SMA Seni
Han Joo
Selanjutnya yang akan bermain adalah Yoo Seul, juri bertanya
siapa yang akan menjadi page turnernya. Mendengar itu, Jin Mok dengan senang
hati menawarkan dirinya. Yoo Seul dan ibu terkejut tapi apalah boleh buat. Yoo
Seul telah memilih lagu, lagunya Rachmanioff
Prelude Op.23 No.5 (apa lagu klasic susah susah semua ya? Nyebut aja susah
apalagi ngetiknya. Kekekekeke).
Saat Yoo Seul memainkannya, siswi berkomentar murid pria
saja susah memainkannya, siswa berkomentar ia yakin Rahmanioff mengubahnya
karena ini menyombongkan tangan besarnya, karena jari Yoo Seul kecil, ia pasti
akan kesulitan memainkannya.
Siswi bertanya-tanya apa Jin Mok akan membalikkan halamannya
dengan tepat waktu, siswaberkomentar kalau dia sih akan membalikkan seenaknya
saja.
Flashback
Jin Mok kecil bersikeras mau mengganti guru les, karena ibu
mencontohkannya salah tapi malah ia yang disalahkan terus. Ibu datang meminta
maaf, tapi dia sudah berusaha yang terbaik, ia tidak sekolah ke LN bukan karena
tidak berbakat melainkan karena keadaan. Jin Mok berkata disekolahnya dan
tempat lesnya ia selalu mendengar kalau dia itu berbakat, semua guru mengatakan
dia jenius.
Ayah mengerti namun Jin Mok harus mencari gurunya sendiri.
Ayah meminta maaf karena keadaanya menjadi begini dan memberikan gaji terakhir
untuk ibu. Ibu masih berusaha membujuk Jin Mok.
Terdengar suara piano, Yoo Seul kecil yang memainkannya
“Lihat dengan baik! Ibuku mengatakan memainkannya seperti
ini. Mamaku sudah benar mengajarimu, cuman kamu yang tidak mengerti” ucap Yoo
Seul kecil
Jin Mok marah, ibu mengajari anaknya dengan baik tapi dia
tidak. Ibu tercengang kaget, ia tak pernah mengajari putrinya bermain piano
tapi dia memainkannya dengan sempurna.
Ibu mendekat ke Yoo Seul yang sedang bermain piano, “Kamu
berbakat! Inilah bakat sesungguhnya”
Ayah pun heran, ibu tak pernah mengajarinya namun Yoo Seul
bermain dengan baik.
Jin Mok yang kesal menutup pianonya, untunglah tangan ibu sempat
melindungi tangan putrinya, Ayah langsung memarahi anaknya. Dilain sisi, Ibu
malah mengkhawatirkan tangan Yoo Seul. Ibu langsung mengajak Yoo Seul pergi
dari sana, ibu bahkan membuang uang yang sempat ayah beri tadi dan pergi dari
sana.
Flashback end.
Kembali lagi ke ujian, waktunya membalik halaman dan tepat seperti
yang diduga semua orang, Jin Mok berdiri dan menjatuhkan lembaran musik Yoo
Seul sehingga permainan pun terganggu. Jin Mok beralasan dia gugup sekali
sehingga menjatuhkannya, siswa tadi berbisik pasti Jin Mok sengaja
menjatuhkannya.
Saat Jin Mok akan mengambil lembaran tsb, tangan Yoo Seul
malah menepis tangan Jin Mok.
“Maaf, aku juga gugup” balas Yoo Seul
Yoo Seul kemudian melanjutkan permainannya tanpa lembaran
musik. Semua orang terkagum-kagum dibuatnya. Jin Mok kesal dan berjalan turun
dari panggung.
Di tempat lain, sedang berlangsung kompetensi lompat galah.
Pelatih tengah menasehati Cha Shik, namun Cha Shik hanya fokus ke ibunya yang
hadir disana. Seorang ahjumma bermantel zebra tak sengaja menyenggol tas ibu
Cha Shik hingga jatuh tapi dia tak meminta maaf.
Cha Shik melihatnya, ahjumma membuka spanduk untuk
menyemangati anaknya (yang juga atlet lompat galah) tak sengaja menjatuhkan
susu ibu Cha Sik, tambah marahlah Cha Shik
“Hey Ahjumma bermantel zebra!! Susu stroberi! Mamaku suka
susu stroberi tapi kau menjatuhkan susunya!” teriak Cha Shik
Ibu Cha Shik berbisik dia baik-baik saja, tapi Cha Shiklah
yang tak rela ibunya digituin. Cha Shik kemudian berteriak mencari dimana Kang
Joon Ho (anak ahjumma zebra, ia menulis nama anaknya di spanduknya).
Pelatih kelabakan, ia mencoba menjelaskan pada wasit bahwa
Cha Shik hanya terlalu bersemangat, pelatih menghampiri Cha Shik dan mengatakan
Joon Ho adalah atlet nasional yang lompatannya lebih tinggi 17cm dari Cha Shik.
Pelatih kemudian memanfaatkan hal ini untuk memanas-manasi
Cha Shik, Cha Shik bertanya berapa sih rekor Joon Ho itu, 5.27.
Pelatih berusaha menjelaskan setidaknya Cha Shik harus
melompat setidaknya 5.10, Cha Shik langsung berteriak “SMA Atletik Jeong Cha
Shik akan melompat 5.30 di percobaan ketiga”
Pelatih terkejut, ia berusaha mengatakan pada wasit Cha Shik
akan melompat 5.10, Cha Shik kembali berteriak “30!!”, pelatih menyuruh
kawannya membungkan mulutnya, rekor Cha Shik terbaik hanya sampai 10. Cha Shik
memberontak dan berteriak “50!”, mencoba mengalah pelatih pun menyetujui Cha
Shik melompat 30 saja, Cha Shik setuju dan mulai bersiap.
Ibu Cha Shik mengajak orang tua Joon Ho taruhan, jika Cha
Shik berhasil melewati 5.30 maka mereka harus menerima kartu nama ibu Cha Shik,
jika tidak maka ibu akan memberikan laptopnya yang merupakan sumber
penghasilannya, ibu pun berteriak menyemangati putranya.
Cha Shik sudah siap dengan galahnya, sebelum mulai berlari
dia sempat menghembuskan nafas panjang dulu. Cha Shik mulai berlari dan
melompat, ia berhasil melewatinya dan mendarat diatas matras!! Pelatih, ibu
bahkan Joon Ho terkejut kaget, semua orang bertepuk tangan, ibu pun bersorak
meneriakkan nama anaknya.
Jeong Cha Shik – Atlet Lompat Galah dari SMA Atletik Woo
Jeong
Pelatih dan kawannya berhamburan ke Cha Shik, Cha Shik
berteriak pada ibunya, jadilah ibu memberikan kartu namanya ke ahjumma zebra
tadi. Ibu Cha Shik rupanya adalah seorang penulis, ia penulis segala macam
tulisan, mulai dari novel, teater, biografi sampai surat permohonan maaf. Ibu
berpendapat sepertinya mereka tahu banyak yang akan menjadi klien-kliennya,
makanya ibu memberikan kartu namanya supaya bisa memperkenalkan ibu pada
mereka. Wkakakakak Lol juga ibu ini.
Kembali lagi ke pelatih, ia menyarankan Cha Shik melompat
5.35, tapi Cha Shik mengangkat tangannya mengumumkan dia akan melompat 5.50
meter!!
Sontak pelatih membungkam mulut Cha Shik, pelatih berbisik
itu rekor terbaik korea, Cha Shik tahu itu tapi tadi ada seseorang yang
mengatakn padanya bahwa hari ini dia bisa membuat rekor itu.
Pelatih berteriak
siapa yang bilang, Cha Shik menepuk pahanya (pahanya yang bilang dia bisa buat
rekor gitu?? Hahahaha)
Pelatih jongkok berteriak “Itu Bohong!!!” pada paha Cha
Shik.
Kembali ke ujian pianonya Yoo Seul, Yoo Seul keluar
memanggil ibunya yang telah menunggunya. Yoo Seul bertanya apa dia tadi sudah
benar-benar menginjak Jin Mok kan, ibu belum puas bertanya mengapa Yoo Seul tak
mendengarkannya. Ibu mengigatkan yang dilakukan Jin Mok tadi, jika Yoo Seul tak
berhati-hati Jin Mok bisa saja yang menginjaknya, YooSeul mengerti.
Melihat Jin Mok keluar dari aula ujian, ibu menghampiri dan
menawarkan tumpangan ke tempat lesnya Jin Mok. Dengan wajah kesalnya, Jin Mo
menolak ajakan ibu dan berlalu pergi namun Yoo Seul memanggilnya dan bertanya
tadi itu kesengajaan Jin Mok kan.
“Kamu berusaha keras pura-pura menjatuhkannya, tapi ketara
sekali. Tapi bagaimana ya? Aku ingat semuanya” ucap Yoo Seul sombong (omo omo
sombongnya over kaliii)
Jin Mok bertanya apa Yoo Seul sekarang sedang menyombongkan diri Yoo Seul jenius, Yoo Seul malah tertawa, “Berapa kali harus kukatakan, aku bukannya jenius. Hanya saja... Kau yang tidak ada apa-apanya”
Jin Mok menahan amarahnya, Yoo Seul mengajak ibunya pergi.
Jin Mok masuk ke gereja, ia berdoa: Allah Bapa yang maha adil, kumohon jangan diam saja, murkalah. Wanita
itu selalu menyerangku dengan kata-kata kasarnya. Aku berusaha menahan amarahku
seperti firmanMu, tapi dia memamerkan kemampuannya dan merendahkanku
Yoo Seul masuk ke mobil bersama ibunya, disisi lain Cha Shik
sudah bersiap dengan galahnya
Dia tak bersyukur atas
talenta yang Bapa anugrahkan kepadanya, hukumlah orang yang sombong.
Cha Shik mulai berlari
Anak yang menganggap
sepele upayaku untuk mengasah bakatku aku tak yakin bisa tahan akan
kesombongannya
Bapa, aku memohon
bantu dia menyadari kesombongannya kumohon hukumlah dia dengan api neraka
Cha Shik berhasil melewati tiang, namun sewaktu tubuh Cha
Shik telah melewati tiang, dia tidak mendarat dengan mulus, galahnya mengenai daerah
sekitar kejantanannya, Cha Shik kesakitan.
(ini yang sombong Yoo Seul kenapa
Cha Shik juga yang kena? Apa karena tadi itu dia sombong? Bukannya dia tadi itu
percaya diri getoo?)
Ribet download drama korea?? Pesan flashdisk kami, bisa muat 4 hingga 8 drama korea, pilih sendiri lagi..
Untuk info dan pemesanan, sms ke
0821 6993 4345
atau
Di mobil, ibu meracau lagi mengenai Jin Mok tadi yang
berusaha mengalahkan Yoo Seul, Yoo Seul malah terkejut melihat truk yang datang
semakin mendekat kearah mereka,
Kecelakaan pun tak terelakkan, nampaknya parah sampai-sampai
ban mobil lepas dari rangkanya.
Dalam nama Yesus
Kristus, aku berdoa, Amin
Jin Mok membuka matanya dan ponselnya pun berdering,
temannya mengabarkan Yoon Yoo Seul mengalami kecelakaan, Jin Mok kaget
mendengarnya dan bertanya seberapa parah lukanya. Temannya mengatakan tidak
parah tapi kepala Yoon Seul terbentur keras kemungkinaan dia buta.
Jin Mok masih syok, kaget dengan berita tersebut. Ia menoleh
melihat patung Yesus di gereja.
Yoon Seul diperiksa dokter, ia hanya bisa melihat cahaya
saja tapi tidak jelas, ia bahkan tidak bisa melihat jari yang ditunjukkan
ibunya. Dokter menjelaskan, akibat kecelakaan saraf optik Yoo Seul rusak dan
jarang ada yang bisa melihat kembali.
Ibu Yoo Seul berkata pasti ada solusinya, ibu bertanya bagaimana
dengan transplantasi kornea, dokter mengatakan korneanya tidak bermasalah yang
bermasalah itu saraf optiknya jadi tidak mungkin dilakukan transplantasi.
Mengetahui Yoo Seul akan buta selamanya, ibu bertanya
bagaimana dengan piano”Jika dia buta, bagaimana dia bisa membaca notasi balok?
Dia harus berlatih sekarang!”
Dokter membentak yang seharusnya dikhawatirkan sekarang
bukan piano melainkan Yoo Seul sendiri, ibu berteriak piano adalah segalanya
bagi Yoo Seul. Tak terima diagnosa dokter, ibu mengajak Yoo Seul mencari dokter
lain saja.
Ibu mengemasi pakaian Yoo Seul sambil mengoceh akan mencari
dokter lain saja, karena latihan Yoo Seul ditunda begitu sampai rumah ibu
menyuruhnya latihan dengan percaya diri saja, sementara itu Yoo Seul hanya diam
dengan tatapan kosong.
“Meski penglihatanmu tak kembali, tetaplah optimis.
Telingamu mungkin akan lebih peka dan kamu bisa jadi pianis yang hebat” ucap
ibu
Ibu menyuruhnya menunggu sementara ia akan mengurus
kepulangannya. Yoo Seul hanya diam saja memegangi alat latihan jarinya.
Ibu masuk ketoilet dan menangis sejadi-jadinya,
pertahanannya runtuh. Suster yang mendengar tangis ibu mengetok pintu bertanya
apa baik-baik saja, ibu keluar dan berkata dia harus baik-baik saja dan
berjalan pergi.
Cha Shik berobat di rumah sakit yang sama, dokter
memberitahu bahwa kecelakaan Cha Shik tadi tidak akan mempengaruhi masa
depannya memiliki anak, ibu dan Cha Shik tersenyum bahagia.
Dokter melanjutkan,
yang jadi masalahnya spondylosis (berhubungan
dengan tulang rawan, saya juga tidak begitu paham mengenai dunia kedokteran ^^)
Cha Shik cukup parah.
Dokter menjelaskan, karena latihan 5 tulang belakan Cha Shik
mengalami tekanan yang cukup berat sehingga dampaknya pun cukup serius, mereka
harus mengoperasi tulang belakang Cha Shik mengakibatkan dia harus berhenti
berolahraga.
Meskipun Cha Shik mengatakan ia tidak apa-apa yang penting
tidak terjadi apa-apa dengan anu-nya, namun wajahnya berkata lain.
Jin Mok sedang berlatih piano (mungkin dirumahnya), namun
dia tidak bisa fokus. Ia menatap foto Yesus (yang ditarunya diatas piano) dan
berkata “Mengapa kau melihatku seperti itu?” lalu menelungkupkan foto Yesus.
Jin Mok ke florist untuk membeli bunga, florist bertanya apa
Jin Mok mencari bunga untuk pacarnya, mata Jin Mok membesar dan menolak dugaan
florist tersebut. Ia menunjuk satu jenis bunga, florist tersenyum dan
membenarkan dugaannya tadi, ia menerangkan bahwa bunga yang dipilih Jin Mok
tadi melambangkan selamanya cinta. Wkwkwkwk
Jin Mok akhirnya mengaku ia ingin memberikannya karena dia
sedang sakit dan bertanya yang artinya cepat sembuh yang mana, saat florist
sedang mencarinya Jin Mok bertanya lagi apa ada bunga yang artinya permintaan
maaf.
Dengan muka muram, Cha Shik berjalan menuruni tangga,
tiba-tiba ada tongkat yang mengenai kakinya membuat Cha Shik terkejut, itu
tongkatnya Yoo Seul. Yoo Seul meminta maaf dan bertanya arah ke atap gedung,
Cha Shik jadinya curiga dan berinisiatif akan menuntun Yoo Seul kesana.
Jin Mok sampai ke RS dan melihat Yoo Seul jalannya dituntun
orang lain, ia jadi bertanya-tanya apa benar Yoo Seul buta dan mengikuti
mereka.
Sampai diatap, Yoo Seul bertanya apa disana ada orang, Cha
Shik emnjawab tidak ada, Yoo Seul beterimakasih dan Cha Shik pun meninggalkan
tempat itu.
Ditinggal sendiri, Yoo Seul berjalan mendekat ke tepian
pagar, ia melipat tongkatnya dan memberanikan diri memanjat.
Jin Mok datang dan memanggilnya membuat Yoo Seul kaget, Yoo
Seul berteriak menyuruhnya tidak mendekat. Cha Shik belum jauh dari sana dan
mendengar mereka. Jin Mok bertanya apa benar Yoo Seul tidak bisa melihat,
“Benar aku tidak bisa melihat!” aku Yoo Seul.
Yoo Seul melanjutkan, menjadi buta seperti ini malah bagus,
ia tak perlu melihat wajah Jin Mok yang menjijikan juga tak perlu melihat not
not balok yang menyebalkan itu, Yoo Seul senang sekali tapi, ibunya masih ingin
dia memainkan piano.
“Meskipun mataku menjadi seperti ini tapi dia masih ingin
aku memainkan piano! Ibu macam apa yang berbuat begitu!” Yoo Seul mengeluarkan
segala isi hatinya.
Yoo Seul kemudian menyalahkan Jin Mok, semua gara-gara dia,
setelah Jin Mok meremehkan ibunya, ibunya berubah.Yoo Seul merogoh isi
kantongnya dan membuang alat latihan jari yang selama ini bersamanya.
Cha Shik yang masih disana mendengarkan mereka pun berlalu
pergi.
“Aku muak dengan segalanya. Aku muak pura-pura suka piano,
aku lelah membencimu. Dengan aku masih didunia ini, pasti mengerikan bagimu,
akupun begitu. Jadi sekarang, aku mau berhenti.”
Jin Mok terkejut, berhenti dari apa, Yoo Seul mengucapkan
selamat tinggal pada Jin Mok dan menjatuhkan dirinya. Jin Mok terkejut dan
meneriaki Yoo Seul.
Cha Shik berada dibawah menangkap Yoo Seul, Yoo Seul
terkejut dan berteriak. Ia binggung mengapa dia belum mati
“Ini parkiran,bego!” ucap Cha Shik.
Cha Shik sudah menduga Yoo Seul akan melakukan yang
enga-engga makanya Yoo Seul dibawa ke parkiran. Kekekekeke.
Yoo Seul yang kesal ditipu melayangkan pukulan ke Cha Shik
yang tentu saja mudah dielak Cha Shik. Cha Shik mulai menasehati Yoo Seul-lah
yang berbohong menyukai piano, bukan salahnya ibu yang jelas-jelas dibohongi,
Jin Mok juga jangan disalahkan.
“Maaf menghentikan niatmu, mungkin lebih baik kalau kamu
mati” ucap Cha Shik pergi dari sana.
Jin Mok berteriak menghentikannya, bagaimana Cha Shik bisa
berkata begitu, apa Cha Shik tahu apa yang terjadi, Cha Shik membalas memangnya
Jin Mok menyadari gak tindakannya membawa bunga untuk gadis buta?
Saat akan pergi, Cha Shik melihat dan mengambil alat latihan
jari milik Yoo Seul dan menoleh melihatnya.
Pulang dari RS, Cha Shik curhat tentang kejadian Yoo Seul
tadi pada ibunya. Ibunya bertanya kenapa juga Cha Shik tadi diatap, Cha Shik
menuduh apa ibunya ini menuduhnya merokok?
“Aigoo.. jangan cemas aku tidak bakalan merokok kok. Aku
takkan melakukan apapun yang membuatmu cemas.”
Mereka sampai diluar dan mendapati sedang hujan. Ibu
mengambil payung dan akan membukanya namun kepala payung ibu copot dari
pegangannya membuat Cha Shil tertawa terbahak-bahak.
Awalnya sih tertawa tapi kok airmatanya mulai keluar tuhh..
Ibu mendekati Cha Shik, Cha Shik mengaku payung itu seperti
dirinya, ibu memeluk anaknya menenangkannya. (Adegan ini membuatku terharu
sekali, udah berkali-kali tontonnya selaluu aja keluar air mataku... T_T)
Cha Shik binggung dia harus bagaimana, semua yang ia tahu
hanya berolahraga saja, ibu pun menangis sambil memeluk anaknya, tangis Cha
Shik semakin menjadi.
Cha Shik menyediri dikamarnya selama beberapa hari, dia
bermain hp, mendengarkan musik, masih dengan wajah suramnya. Ibu Cha Shik
mengintip apa yang sedang dilakukan anaknya.
Dikamar ibu, ibu mengambil satu foto dari album foto,
mengingat kemarin Cha Shik bertanya apa yang akan dilakukannya sekarang, ibu
jadi bertanya-tanya apa foto itu bisa menjadi alasannya.
Dirumah Yoo Seul dipenuhi alat-alat membuat huruf braille
(untuk orng yang tidak bisa melihat), sambil mengamankan perabot yang ujungnya
runcung, ibu Yoo Seul berkata ia diberitahu guru Song bahwa didekat Sungnam ada
seorang guru pengajar musik untuk tunanetra dan ibu akan meneleponnya.
Yoo Seul hanya mengiyakan, ibu melanjutkan ia juga akan
menjadi pemandunya Yoo Seul disekolah karena meminta bantuan pada teman-teman
Yoo Seul akan terlihat menyedihkan dan menyuruh Yoo Seul latihan piano saja,
Yoo Seul terdiam teringat sewaktu dulu ibu memberitahu bahwa waktu latihan Yoo
Seul akan diperpanjang 2 jam, Yoo Seul waktu itu hanya meniyakan apa yang
dikatakan ibunya.
Yoo Seul juga pernah bertanya apa dia boleh naik sepeda
sendiri kesekolah, ibu tidak memperbolehkannya dengan alasan akan melukai jari
Yoo Seul, Yoo Seul pun pasrah mengangguk mengerti. Semua yang Yoo Seul katakan
pada ibunya hanyalah iya, oke, dan aku mengerti, tak pernah ada penolakan dari
Yoo Seul ke ibunya.
Yoo Seul jadi teringat perkataan Cha Shik kalau Yoo Seul
sendiri-lah yang menjadikan ibunya seperti itu karena selalu meng-iyakan apa
yang ibunya suruh. Yoo Seul memanggil ibunya, ada yang mau diakatakan.
Lompat ke rumah Cha Shik, dari luar pintu kamar Cha Shik,
ibu menyuruhnya mandi dan makan, namun tak ada respon dari sang anak jadinya
ibu masuk dan berbicara menyinggung soal ayah Cha Shik.
Ibu memperlihatkan fotonya bersama suaminya, Cha Shik
bertanya apa benar ini ayahnya, dari tampangnya kok gak ada yang mirip,
“Seperti dari keluarga kaya dan terlihat pintar” ucap Cha Shik.
Ibu membernarkan, sejak muda orang orang menyebutnya jenius.
Ibu menunjukan profil ayah Cha Shik dari internet, Hyun Myung Sae, seorang
pianis terkenal.
Cha Shik tak percaya, ternyata dia anak dari pianis terkenal.
Ibu membeberkan masa lalu Cha Shik ketika anak-anak mengejeknya karena
jari-jari tangannya panjang dan ramping, tak terlihat seperti seorang atlet,
Cha Shik membenarkan, juga nada dering hape Cha Shik yang ternyata adalah Fur
Elise. Ibu bertanya apa tidak aneh, masa anak jaman sekarang nada deringnya Fur
Elise?
Cha Shik terkejut membenarkan semua keanehan yang dibeberkan
ibunya, ia juga teringat saat kecil ia menangis terharu mendengar musik yang
dimainkan Park Shin Yang yang ternyata ia menangis bukan tanpa alasan melainkan
karena musiknya. Cha Shik jadi senang karena tahu ia mirip dengan ayahnya.
“Meskipun kau hanya mewarisi 1% saja gen ayahmu, kau lebih
pintar 10x dari anak-anak lain. Karena itu, jangan anggap dirimu seperti sampah
dan tidak berguna.” Ucap ibu
Cha Shik yang sedang senang tentu hanya mengiyakan ibunya
dan bertanya apa ayahnya tahu dia ini anaknya, kini giliran ibu yang murem
mengelengkan kepalanya.
“Setelah kami putus, barulah aku tahu tengah mengandungmu”
aku ibu. Cha Shik mengangguk mengerti, namun kenapa ibu tak pernah menceritakan
soal ayah ke dirinya dan kenapa ibu tak pernah mencari ayah, ibu menjawab
karena ayah terlalu hebat.
“Saat aku mengandungmu, keadaanku terlalu menyedihkan, aku
terlalu malu mencarinya tapisekarang..”
“Ibu malu karena aku kan, kan?” potong Cha Shik
Cha Shik mengakui kalau dia pecundang, mana ada pria yang
menangis hanya karena pinggangnya luka sedikit, Cha Shik juga malu
memperlihatkan dirinya pada ayahnya.
Ibu berkata tapi Cha Shik lebih ganteng dari ayahnya, “Kamu
masih belum tahu seperti apa dirimu, tapi aku tahu. Kamu anak yang luar biasa
sehingga aku sampai tidak percaya kalau kamu anakku. Kamu hebat, seperti
ayahmu.”
Balik ke rumah Yoo Seul, Yoo Seul berkata ia akan pergi
kesekolah sendiri, ibunya bertanya bagaimana bisa Yoo Seul ke sekolah sendiri
dengan keadaan seperti itu,
“Karena inilah yang ingin kulakukan” ucap Yoo Seul
Dia tidak bisa terus-terusan bergantung pada ibunya karena
kondisi seperti ini, Ibu Yoo Seul malah berkata untuk tidak menghawatirkannya
dan berkata dia takkan meninggalkan Yoo Seul walau sedetikpun. Tapi Yoo Seul
lah yang keberatan, selama bertahun-tahun ibu telah berkorkan untuk dirinya,
kalau terus seperti ini bahkan ibu tidak bisa memiliki kehidupannya sendiri.
“Aku, untuk pertama kalinya dalam hidupku aku membuat
keputusan sendiri. Jadi mulai sekarang, jangan diabaikan dan hargai
keputusanku”
Ibu binggung dengan Yoo Seul yang tidak seperti biasanya,
Cha Shik bertanya orang seperti apa dirinya, ibu Cha Shik
menjawab arogan sekaligus menyebalkan, Cha Shik merajuk.
“Kamu boleh membual karena gen ayahmu mewariskan banyak talenta
padamu. Dari sekian banyak, setidaknya lompat galah” ucap ibu
Cha Shik bertanya jika perkataan ibunya benar, artinya
dirinya bisa melakukan apa saja, Ibu membenarkan, Cha Shik bertanya lagi jika
dirinya menemukan jalan baru dan jadi orang yang luar biasa, saat itu apa dia
boleh mencari ayahnya, ibu mengijinkannya tentu saja boleh.
Kembali lagi ke rumah Yoo Seul, ibu Yoo Seul bertanya
sebenarnya apa yang ingin dikatakan anaknya itu,
“Aku akan rajin kesekolah, aku akan ikut semua pelajaran,
aku akan rajin belajar dan lulus, juga... aku ingin berhenti memainkan piano”
Ibu terkejut, Yoo Seul melanjutkan dengan kondisinya yang
seperti ini ia tidak bisa memenuhi harapan ibunya, karena tahu bakalan kalah
Yoo Seul tak mau bertanding, jadi dia mau berhenti bermain piano.
Cha Shik berlari senang, didepan gedung yang dipajang foto
Hyun Myung Sae (ayah Cha Shik), ia melihat tangannya dan berujar dirinya mirip
dengan ayahnya. Di depan poster ayahnya, Cha Shik berkata “Ayah! Aku akan
segera menemuimu”
“Piano ya, senang bertemu denganmu, kedepannya aku akan
mengandalkanmu” harap Cha Shik.
Yoo Seul menegaskan dirinya akan berhenti dri piano
bertentangan dengan komitmen yang dibuat Cha Shik malam itu, ia akan mulai
memainkan piano
Bersambung ke Episode 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar